Pada tanggal 01 April 2010 Bank
Indonesia (BI) telah meluncurkan uang logam baru pecahan 1.000 Rupiah. Uang
logam berwarna putih keperakan ini terbuat dari besi / baja dilapisi dengan bahan
Nickel Plated Steel (NPS) yang untuk pertama kalinya NPS digunakan oleh BI
untuk bahan pembuatan uang logam
Indonesia. Uang berdiameter 24,15 mm ini mempunyai ketebalan sekitar 1,60 mm
dan memiliki berat sebesar 4,5 gram.
Pada bagian depan koin terdapat
gambar lambang negara yakni Garuda Pancasila, diatasnya tertulis “Bank Indonesia”.
Dibagian tengah tercantum angka nominalnya yaitu “1000” diikuti dengan tulisan
satuan “Rupiah” dibagian bawahnya.
Bagian Depan |
Uang logam 1000 Rupiah beremisi
tahun 2010 ini, pada bagian belakang bergambar Angklung dengan latang belakang
Gedung Sate yang terdapat di Kota Bandung, Jawa Barat.
Bagian Belakang |
Angklung merupakan alat musik
tradisional di Indonesia, berasal dari tanah sunda-Jawa Barat. Terbuat dari
bambu dan bunyi khasnya dihasilkan dari benturan badan pipa bambu yang
digoyangkan saat dimainkan. Alat musik yang telah dikenal sejak masa kerajaan
Sunda ini pada mulanya dibuat dan dimainkan bertujuan untuk memikat Dewi Sri
turun ke bumi sehingga tanaman padi rakyat dapat tumbuh subur dengan hasil
berlimpah.
Selain itu juga berfungsi sebagai
alat penggugah semangat dalam pertempuran dalam masa penjajahan. Oleh karena itu angklung pernah dilarang penggunaannya
pada masa kekuasaan pemerintahan Hindia Belanda.
Namun setelah itu, angklung semakin menyebar ke berbagai daerah seperti
Jawa, Kalimantan hingga Sumatera. Jadi alasan dipilihnya Angklung sebagai
gambar utama pada uang logam ini bertujuan sebagai salah satu cara untuk
melestarikan kebudayaan nasional.
Arsitektur Gedung Sate yang memiliki ornamen tusuk
sate pada menara sentralnya tersebut merupakan hasil karya arsitek Ir. J.
Gerber beserta timnya dengan beberapa masukan dari maestro arsitek Belanda Dr.
Hendrik Petrus Berlage, memberikan nuansa tradisional Nusantara dengan gaya
arsitektur Indo-Eropa yang unik dan anggun. Gedung Sate mulai dibangun pada 27
Juli 1920 untuk pembangunan induk bangunan utama dapat diselesaikan selama 4
tahun pada bulan September 1924. Di Gedung Sate pada tanggal 03 Desember 1945
telah terjadi peristiwa yang memakan korban tujuh pemuda untuk mempertahankan
gedung dari serangan pasukan Gurkha, untuk mengenang peristiwa tersebut
dibuatlah tugu dari batu diletakkan dihalaman depan Gedung Sate.
Gedung Sate jaman dulu |
Kesempurnaan keindahan dan megahnya Gedung ini
dilengkapi dengan gedung baru bergaya konstektual dibangun tahun1977 oleh
arsitek Ir. Sudibyo. Sejak tahun 1980, Gedung Sate dikenal dengan sebutan
Kantor Gubenur sebab digunakan sebagai pusat kegiatan pemerintahan Propinsi
Jawa Barat.
Keindahan dan nilai sejarah yang dimiliki Gedung
Sate tersebut menjadikannya dipilih sebagai gambar pada uang logam 1.000 Rupiah
sebagai wujud pelestarian tempat bersejarah dalam kehidupan bangsa Indonesia.
Referensi :
bi.go.id
id.wikipedia.org